“Nasehat Para Setan”, meskipun terdengar seram, tentu yang Saya maksud bukanlah mencari pertolongan kepada Dukun, Orang Pintar, Jin dan sebagainya. Karena hal demikian tentu dilarang oleh agama. Nasehat Para Setan ini merupakan “petuah” yang Saya dapatkan dari Pelatihan di Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP) Universitas Gadjah Mada (UGM) beberapa waktu lalu. Dalam materinya, salah satu narasumber menyampaikan bahwa “Devil’s Advocate” ini merupakan salah satu teknik dalam mencari solusi. Devil’s advocate diperankan sebagai seseorang yang mengambil posisi berlawanan dengan argumen orang lain, bukan karena tak setuju dengan argumen itu, melainkan hanya ingin menguji keabsahan atau validitas argumen tersebut.

Nasehat Para Setan merupakan suatu permainan yang bukan permainan. Permainan ini ditujukan agar kita dapat secara kritis dalam mencari solusi atas suatu permasalahan. Mari kita mainkan.

Angel Demon

Ilustrasi Bisikan Malaikat dan Setan

Pertama, kita rumuskan suatu masalah yang ingin dicari solusinya. Sebagai contoh sebuah kelompok kerja (pokja) harus mencari solusi, bagaimana cara meningkatkan produksi padi pada kelompok tani?

Kedua, bagi pokja tersebut menjadi 2 (dua). Yang pertama berperan sebagai Malaikat, dan kelompok kedua berperan sebagai Setan. Tujuan adanya kelompok Malaikat adalah untuk mencari solusi-solusi atas masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah bagaimana meningkatkan produksi padi pada kelompok tani. Sedangkan tujuan dari kelompok Setan adalah untuk bersikap kritis dan pesimistis atas solusi yang ditawarkan kelompok Malaikat.

Mari kita coba. Berikut adalah buah pemikiran kelompok Malaikat yang diperkirakan dapat meningkatkan produksi padi pada kelompok tani.

  1. Untuk meningkatkan kinerja petani dibutuhkan bantuan Alat-Alat Pertanian;
  2. Untuk meningkatkan pengetahuan petani, perlu diselenggarakan Pelatihan Budidaya Padi Unggul.

Atas hasil tersebut, para Setan mulai memberikan bisikan-bisikan beraroma kritis dan pesimistis. Sebagai berikut:

  1. Ah, nanti alat pertanian itu akan dijual, paling tidak hanya akan dipakai oleh ketua kelompok tani;
  2. Bosan dengan pelatihan, paling-paling peserta pelatihan hanya mencari uang saku peserta dan materi pelatihan tidak menarik.

Tentu hanya 2 (dua) contoh dari masing-masing peran sebagaimana tersebut di atas. Praktek sebenarnya tentu lebih dari itu. Pembahasan kita lanjutkan, dari contoh-contoh tersebut tentu menarik karena dari ide-ide brilian tentu ada risiko kesalahan yang dapat mengurangi nilai manfaatnya. Sebagai contoh, ide para Malaikat untuk memberikan bantuan alat-alat pertanian kepada kelompok tani tentu dapat membantu meningkatkan produksi padi. Namun, sebagaimana para Setan sampaikan, bahwa mungkin saja alat-alat itu dijual untuk sekedar mengganjal perut. Atau alat pertaniannya hanya dikuasai oleh ketua kelompok, sehingga anggota lain tidak merasakan manfaatnya.

Maka dari permainan Nasehat Para Setan tersebut, dapat kita ambil suatu solusi:

  1. Memberikan bantuan alat pertanian kepada kelompok tani, disertai dengan petunjuk teknis (juknis) penggunaan alat pertanian dan surat pernyataan bahwa alat pertanian tersebut tidak akan dijual;
  2. Menyelenggarakan Pelatihan Budidaya Padi Unggul, dengan mengundang praktisi-praktisi pertanian terbaik sebagai narasumbernya.

Itulah tujuan dari Nasehat Para Setan atau Devil’s Advocate, yaitu mencari solusi sekaligus mengkritisi solusi. Sehingga nilai solusi yang sampai pada masyarakat adalah solusi dengan tingkat manfaat tertinggi dan tingkat mudharat terendah. Sekian.

 

Sumber:

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e4096435354e/bukan-advokat-setan/

https://medium.com/@shawna3081/good-angels-bad-angels-f2929149fd6a (gambar)

Share:
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments