Pantun merupakan bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia. Bahkan pada Desember 2020 lalu, pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis, Tradisi Pantun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda.[1] Sebagai bagian dari budaya yang perlu selalu dilestarikan, dewasa ini kita cukup sering melihat dan mendengar pantun digunakan dalam pidato. Lalu bagaimana sebenarnya cara membuat pantun yang baik? Dalam kesempatan ini kita akan sharing tentang hal tersebut.
Pengertian, Jenis dan Ciri-Ciri Pantun
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pantun merupakan suatu bentuk puisi, di mana tiap bait biasanya terdiri atas empat baris. Pantun umumnya bersajak (a-b-a-b) dan dua baris pertama biasanya untuk sampiran, sementara baris ketiga dan keempat merupakan isi.[2]
Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa ciri-ciri pantun[3] adalah sebagai berikut:
- Tiap Bait Terdiri atas Empat Baris. Pantun memiliki ciri khas yang kuat, yaitu tiap baitnya selalu terdiri atas empat baris.
- Memiliki Sampiran dan Isi. Sampiran dalam pantun merupakan pengantar. Pengantar tersebut biasanya tidak berhubungan dengan isi, namun menjabarkan tentang peristiwa, tradisi, sosio-kultur yang ada di masyarakat, dan lain-lain. Sementara isi pantun, merupakan pesan yang hendak disampaikan oleh pembawa pantun. Sampiran berada pada baris pertama dan kedua, sementara isi pada baris ketiga dan keempat.
- Berima a-b-a-b. Rima dapat kita pahami sebagai kesamaan bunyi yang terdapat dalam puisi atau pantun. Yang dimaksud rima a-b-a-b adalah, ada kesamaan bunyi antara baris pertama dengan ketiga pantun dan baris kedua dengan baris keempat. Meskipun kita ketahui bersama, masih terdapat rima a-a-a-a, namun rima a-b-a-b lebih populer dan lebih dikenal luas.
Dikenal terdapat beberapa jenis dalam pantun yang biasa diujarkan atau dituliskan oleh seseorang. Beberapa jenis pantun tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
- Pantun Nasihat. Pantun ini merupakan jenis pantun yang paling sering ditemui. Karena pada dasarnya, pantun memang dibuat untuk memberikan imbauan dan anjuran terhadap seseorang ataupun masyarakat. Pantun nasihat juga dibuat untuk memberikan pesan moral dan didikan.
- Pantun Jenaka. Sesuai namanya, pantun jenaka ditujukan untuk memberi hiburan kepada orang yang mendengar ataupun membacanya. Meski tidak jarang kita jumpai, pantun jenaka dibuat untuk memberikan sindiran, namun dikemas dalam bentuk yang ringan dan lucu.
- Pantun Teka-teki. Jenis pantun ini memiliki ciri khas di bagian isinya, yakni diakhiri dengan pertanyaan pada baris terakhir. Pantun teka-teki bertujuan untuk mengakrabkan kebersamaan.
Penggunaan Pantun dalam Pidato
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa saat ini cukup sering dijumpai pantun-pantun digunakan dalam Pidato. Para pimpinan lembaga negara juga tidak kalah untuk saling berpantun dalam berbagai kegiatan.[4]
Kita bersyukur bahwa saat ini pantun sudah mulai sering digunakan dalam pidato-pidato yang dibawakan oleh pejabat publik dari tingkat daerah hingga pusat. Sebut saja Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat ke-9, yang saat ini bahkan kita dapat mengakses ratusan sampai ribuan pantun melalui laman https://pantunirwanprayitno.com/pantun-spontan-ala-irwan-prayitno/.
Contoh lain yang dapat kita adalah mulai seringnya para wakil rakyat Kalimantan Selatan dalam menggunakan pantun dalam forum-forum rapat di DPRD Kalimantan Selatan.[5]
Tentu hal ini menjadi sinyal positif untuk kita dalam melestarikan budaya pantun.
Tips dan Cara Membuat Pantun untuk Pidato
Cara membuat pantun untuk pidato tentu tidak berbeda dengan cara membuat pantun pada umumnya. Yakni dengan memperhatikan rima pantun, memperhatikan jumlah kata agar padat berisi dan hal-hal lain.
Bila harus mencari perbedaan dengan pantun lain, pada pelaksanaan pidato, jenis pantun yang umum digunakan adalah pantun nasihat, yang berisikan pesan-pesan dan imbauan kepada masyarakat.
Pantun dalam pidato tentu harus selaras dengan isi pidato yang dibawakan. Pantun dalam pidato dapat berisikan motivasi untuk melaksanakan pesan-pesan yang telah ada dalam pidato.
Bila isi dalam pantun membawakan pesan, harapan, motivasi dan penguatan-penguatan terhadap apa yang dibawakan dalam pidato, sampiran dalam pantun dapat bersifat lebih santai dengan berisikan apa yang menjadi ciri khas lokasi kegiatan atau kultur masyarakat.
Sampiran pantun dengan membawakan peristiwa, tradisi, dan kultur yang ada di masyarakat dimaksudkan untuk lebih menarik perhatian para pendengar. Sehingga kemudian, diharapkan bagian pesan dan harapan yang disampaikan dalam isi pantun dapat lebih diterima oleh masyarakat.
Dari beberapa hal tersebut, dapat sedikit kita simpulkan beberapa tips dalam membuat pantun untuk dibawakan saat pidato:
- Perhatikan latar belakang kegiatan di mana pidato dibawakan, karena tentu tidak seluruh agenda dapat dibawakan pantun;
- Sampiran pantun dapat berisikan hal yang lebih santai dan menarik, untuk memancing antusiasme masyarakat. Seperti tradisi, kultur dan budaya masyarakat setempat;
- Isi pantun dapat berisikan harapan, motivasi, pesan dan hal-hal yang dapat memperkuat isi yang sebelumnya telah disampaikan dalam pidato;
- Terlebih dahulu buat isi pantun sesuai dengan apa yang disampaikan dalam pidato, lalu lengkapi dengan sampiran dengan mengambil dari hal-hal menarik di sekitar masyarakat;
Contoh Pantun yang Dibawakan dalam Sambutan
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan pantun dalam pidato, yang pernah saya dan tim susun:
Pantun pada Pelepasan Jamaah Haji
- KE PASAR MEMBELI TEPUNG KANJI,
- TEPUNG KANJI DIMASAK MENJADI BUBUR,
- SAYA UCAPKAN SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH HAJI,
- SEMOGA DAPAT MENJADI HAJI MABRUR,
—
Pantun pada Kegiatan Sosialisasi Perpajakan
- PERGI KE KEBUN BINATANG MELIHAT MERAK,
- MERAK DIPANDANG INDAH DI MATA,
- MARI KITA TERTIB MEMBAYAR PAJAK,
- UNTUK PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA,
—
Pantun pada Turnamen Futsal
- PERGI MEMANCING IKAN DENGAN NAIK KAPAL,
- IKAN DIMASAK BUMBU PEDAS,
- SAYA UCAPKAN SELAMAT MENGIKUTI TURNAMEN FUTSAL,
- JAGA PERSAUDARAAN, JUNJUNG TINGGI SPORTIVITAS,
—
Pantun terkait dengan Pencegahan Korupsi
- JALAN-JALAN KE PANTAI SENGGIGI,
- SEBELUM PERGI ANGKAT JEMURAN,
- INTEGRITAS KITA HARUS TINGGI,
- SERTA DISERTAI DENGAN KEJUJURAN,
—
- SIANG HARI DITILANG POLWAN,
- MALAM HARI DISEREMPET TAKSI,
- MARI KITA TERUS MELAWAN,
- SAMPAI INDONESIA BEBAS KORUPSI,
—
Referensi:
https://freepik.com (gambar)
[1] https://kwriu.kemdikbud.go.id/berita/unesco-tetapkan-pantun-sebagai-warisan-budaya-dunia-takbenda/
[2] https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pantun
[3] https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/belajar-membuat-pantun-1/
[4] https://www.liputan6.com/news/read/4039849/pantun-pantun-yang-warnai-sidang-tahunan-mprdprdpd
[5] https://kalsel.antaranews.com/berita/280277/anggota-dprd-kalsel-mulai-rajin-berpantun